naskah kuno adat di lombok, warisan budaya yang masih terjaga
hai sobat,, penasaran sama naskah kuno adat yaa,, sebelumnya simak dulu bagaimana perjalanan admin untuk menemukan salah satu warisan budaya tersebut.
Perjalanan
saya dilakukan pada siang hari dari mataram sampai ke Barabali, perjalanan saya
cukup mengalami kesulitan untuk mencari rumah narasumber yang akan saya
wawancarai karena hanya berbekal informasi dari teman-teman yang pernah
berkunjung ke sana sehingga membutuhkan waktu kurang lebih satu jam lebih lima puluh
menit untuk dapat menemukan tempat yang dituju. Sesampainya di Bararabali atau
di kediaman narasumber, saya disambut dengan baik dan dipersilahkan duduk oleh pemilik rumah.
Sekejap saya mengamati isi rumahnya yang dipenuhi dengan pajangan-pajangan
serta hiasan budaya kuno seperti wayang,
singgasana, payung pengantin yang sudah lama sekali dan benda-benda kuno
lainnya.
Pertama
saya menjelaskan maksud kedatangan saya ke rumah mas musa dan menyakan apakah
ada naskah kuno yang mas musa simpan. Mas musa memang memiliki naskah kuno
persis seperti informasi yang sya dapatkan, Kemudian Mas musa lansung
mengeluarkan semua naskah kuno yang mas musa simpan. Ternyata mas musa miliki
banyak sekali naskah kuno yang semuanya ditulis diatas daun lontar. Akhirnya
saya mulai mewawancarai mas musa mengenai salah satu naskah dari beberapa
naskah yang mas musa miliki.
Sebelum
saya memulai wawancara, saya menanyakan naskah-naskah tersebut dipergunakan di
upacara adat apa saja atau dibacakan untuk acara yang seperti apa. Setelah
dijelaskan, sya tertarik ingin mengetahui kesakralan dari naskah “Takepan Juarsah”. Naskah ini adalah
naskah sakral yang dibaca ketika bretes atau istilah sasaknya mebasuh perut
tujuh bulanan. Jadi naskah ini hanya boleh dibaca ketika acara bretes.
Cerita dibalik naskah Takepan Juarsah tersebut
adalah di bawah ini:
TAKEPAN
JUARSAH
Seorang raja bernama Sadalsah memiliki dua orang putra yang
bernama Sai Juarsah yg menggantikan sebagai raja anom atau raja muda, dan
kakaknya yang bernama sadalsah jugaa. Suatu hari raja Sadalsah meninggal dan
digantikan oleh kedua anaknya sehingga kerajaan itu dibagi dua. Karena
kedermawanannya, raja Juarsah paling disayang oleh rakyatnya. Sehingga setiap
hari raja mengadakan pesta rakyat, dan seluruh rakyatnya diundang. Suatu ketika
diadakannya rapat para tetiggi, raja Juarsah dikira ingin mengambil rakyat
kerajaan lain. Diberitahukanlah raja Juarsah bahwa diundang ke kerajaanya
raja Sadalsah. Sesampainya di kerajaan kakaknya, raja Sadalsah pun
terheran-heran kenapa adindanya itu membawa pasukan seperti orang yang ingin
berperang. Kita pasti sedang diadu domba adinda. “Jika aku memilih antara
prsaudaraan dengan kerajaan ini, maka aku memilh menyerahkan kerajaanku ini padamu”
. kata Sadalsah.
Suatu hari raja Juarsah berkelana ke hutan dan menemukan
seorang ibu yang sedang membajak sawah. Karena terlalu kasian, raja Juarsah ini
membantu ibu tersebut membajak sawah. Dan Juarsah dianggap sebagai anaknya
sendiri oleh ibu tersebut. Kebetulan ibu
Rande sedang mengandung, ia mengatakan “jika bayiku ini yng lahir adalah
perempuan, maka nikahilah”. Beberapa tahun kemudian raja Juarsah dengan ibu
rande hidup bahagia. Lahirlah seorang anak perempuan yang diberi nama Dewi
Sinara Wulan. Setelah Dewi Sinara Wulan ini tumbuh besar, terpancarlah
kecantikannya dan Juarsah pun ingin menikahinya. Kemudian menikahlah mereka dan hidup bahagia. Suatu
ketika, raja Juarsah menceritakan jati dirinya kepada istrinya. Istrinya pun
terheran-heran seolah tidak percaya dengan apa yang diceritakan suaminya.
Suatu ketika datanglah seorang patih ke kediamannya ibu
Rande, dengan tidak sengaja dilihatlah putrinya yang cantik jelita., sehingga
dipaksa ikut ke kerajaannya. Disana Dewi Sinaraa Wulan menangis tersedu-sedu
hingga didengar oleh suaminya . setelah mengetahui istrinya diculik, raja
Juarsah menganggkat senjatanya dan terjadi peperangan di antara kedua kerajaan
tersebut. Sang Dewi pun lari ke tengah hutan dan menjumpai seorang brahmana.
Ketika melihat Dewi, brahmana itu pu
ingin menikahkannya dengan adiknya yang ada di kerajaan. Singkat cerita, raja Juarsah
ini meninggal dalam peperangan. Jasadnya dipikul oleh istrinya selama 5 atau 6
bulan itu, jasad raja hanya tinggal tulang belulang saja. Akhirnya dengan
takdir Allah, datanglah dua ekor naga. Salah satu naga ini mati dalam
peperangan. Naga yang masih hidup menangis. Sehingga dating suara yang
membisikkan “ambillah satu air air di
telaga mangurip, lalu sembukn kepada saudaramu itu”. Akhirnya naga itu
menyemburkan air ajaib itu kepada naga yang sudah mati itu, dan hiduplah naga
itu. Sang Dwi pun memperhatikan tingkah laku naga itu, ia berfikir bahwa ada
air ajaib yang bisa menghidupkan sesuatu yang tidak bernyawa. Dia pun berinisiatif untuk menseburkan air
itu kepada jasad suaminya, dan ia pun mengambil air itu dan meneteskan selama
tiga kali. Semua tulang, kuliat dan anggota tubuh raja kembali hidup. Raja
Juarsah dan Dewi Sinar Wulan pun hidup bahagia.
terimakasih sudah membaca dan semoga bermanfaan.

Sangat bermanfaat, semoga tulisan tulisan kedepannya lebih baik lagi :)
BalasHapusSiaaap
HapusKisahnya seruππ jadi nambah wawasan sejarah ππ
BalasHapusTapi Untuk menulisnya Banyak tulisan yang typo ataupun kurang,
Okee.. akan diperbaiki..π
HapusSangat bermanfaat bagi pembaca
BalasHapus